Sang Praktisioner

Sang Praktisioner yang Terkutuk Terlahirkan

lightness

Aku berada di sebuah tempat yang semua orang mengatakan ini mungkin adalah tempat yang terkutuk (kalau saja mereka tahu akan hal tersebut). Aku bergerak ke arah yang berlawanan dari arah itu aku akan menemukan hal kesejukan dan ketentraman yang menghiasi setiap sudut ruangan itu. Namun aku tidak tahan dalam hitungan beberapa detik saja karena aku hidupnya tidak ditakdirkan untuk hidup di tempat yang penuh dengan ketentraman. Aku seorang yang belajar dan mengenal seluruh seluk-beluk yang bahkan orang lain mungkin tidak tahu. Aku mengenal seluruh hal yang ada di dunia ini. Namun orang yang dikenal sebagai ‘Sang Praktisioner’ ini tidak menghiraukan segala hal yang akan terjadi di sini. Itu hal buruk yang pernah ia lakukan, ya, sang praktisioner. Aku tidak terlalu menyukainya. Di sangat bengis dan terkadang berkata-kata dengan dirinya sendiri dengan kata-kata yang orang lain sendiri tidak dapat dengan mudah menterjemahkannya.

Wolmc trass blastyut. Myakh khieter[1],” katanya dengan merdu di depan kaca atau di dalam khayalannya.

Bahasa yang tercipta dalam pikiran orang yang tidak mengenal lagi apa arti dari kehidupan. Dialah sang praktisioner. Praktisi yang gagal dalam perencanaan dan pelaksanaannya. Memang tak layak untuk dikatakan sebagai sang praktisioner. Namun, kegagalannya menjadikannya sebuah kesuksesan yang hebat dan terkendalikan ke seluruh putaran angin yang dihembuskannya. Ia mampu mengeluarkan angin sepoi-sepoi yang menyeringai hati setiap orang. Hinggap tepat di ornamen-ornamen hati orang yang lewat. Lupa tempat, waktu dan keadaan mereka.

Malam adalah waktu yang tepat untuknya pergi ke suatu tempat yang jauh yaitu pikiran dan hati sendiri. Waktu malam yang menenangkan tempat tujuan yang indah memang tak diragukan lagi untuk melihat dengan seksama.

Et ipsa scienta potestas est[2],” hinggap terbukalah dan hari itulah hari kelahiran sang praktisioner.

Sang praktisioner dilahirkan dari keputusaasan seorang insan manusia yang terluka hatinya dalam-dalam. Aku tahu kapan dia lahir, di mana, dan bagaimana ia terlahir di dunia yang dari sisi gelap dan terang selalu ada mengikutinya di belakang.

Aku teringat bahwa sang praktisioner tidak dengan mudah mengiginkan kehidupan akhirat. Ia memiliki seribu keinginan di dunia ini. Yang kesemuanya itu adalah impian belaka yang tak patut diangan-angankan dan dijadikan sebuah kenyataan. Dan dia terlahir dengan tujuan seperti itu.

Sang praktisioner ini terlahir bagaikan permata yang berkilauan dengan cerah gemilang. Namun sebenarnya ia hanya sebuah pantulan dari sinar matahari yang cahayanya datang sendiri. Sedangkan sang praktisioner tidak menghasilkan cahayanya sendiri, ia memanfaatkan kesetiaan sang matahari yang selalu mengeluarkan cahaya 24 jam per hari, walaupun pada malam hari ia memantulkan sinarnya ke bulan yang anggun di malam hari. Sungguh jahat kau sang praktisioner, kau membodohi seluruh manusia kau tahu akan hal itu, kan? Ingatlah sang praktisioner, kau terlampau jauh melakukan sesuatu yang sederhana.

“Sang praktisioner yang kejam, kau pengkhianat!” kataku dengan alunan marah yang merdu.

Waktu terlahir dia sangat imut dan menderu hatiku untuk mengikuti perkataannya. Namun janji hanya sekedar janji. Ia menipu dengan janji-janji manisnya yang ditebar-tebarkannya di hadapan setiap orang manusia.

Pada saat ia lahir seluruh alam jagat raya tubuh kan menjadi gelap, terang tertutupi oleh sang praktisioner kecil yang ingin keluar dari sudut kegelapan. Sungguhpun ia menjadi besar ketika telah keluar dari lubang kegelapan yang kecil. Ia memerlukan setidaknya cukup keputusasaan, banyak kekecewaan, dan banyak penderitaan yang disesalkan untuk keluar dari lubang kecil yang gelap di sudut.

Sang praktisioner ada di seluruh dunia ini. Dia mengetahui seluruh bahasa dunia tergantung dari mana asal lingkungannya, seperti anak yang dilahirkan dalam keluarga Inggris maka ia akan mengetahui bahasa Inggris. Jika ada sepuluh orang di dunia ini maka akan ada sepuluh juga sang praktisioner. Dan dulu sang praktisioner telah melancarkan dan menjalankan beberapa misi-misinya yang sampai sekarang masih terus-menerus dilakukannya untuk seluruh umat manusia. Dia berpura menjadi teman manusia hingga sampai sekarang.

Sang pratisioner terlahir dengan kata-kata et ipsa scienta potestas est yang artinya ilmu adalah kekuatan. Ketika ia terlahirkan di dunia ini terucapkan kata-kata itu yang maksudnya ia harus ingat bahwasannya ilmu adalah kekuatannya untuk bertahan di dunia yang kejam dan disulitkan ini. Sang praktisioner sendiri yang menanamkan dalam dirinya sendiri, tepatnya pada DNA-nya, untuk mengucapkan kata-kata itu. Ketika terucap dia terus belajar dan belajar hingga dia menjadi kuat.

Aku membencinya. Kami telah berselisih lama bahkan ketika dia masih di dalam sudut kegelapan. Aku telah berbicara dengannya. Sangat menyenangkan memang berbicara dengannya pertama kali namun dia mengkhianati diriku. Bahkan sebenarnya aku ingin membunuhnya, sang praktisioner itu. Dia bahkan sok ikut campur dalam segala kegiatanku. Dengan memutuskan seluruh hubungan kami, aku tidak pernah lagi berbicara dengannya, cukup sudah dan aku ingin mengakhirinya.

Dan akhirnya kehidupan kami menjadi perselisihan dunia yang berujung kepada akhirat dengan membawa nama Tuhan. Namun aku sering terbuai oleh rayuannya yang tak terelakkan. Aku akan tetap bangkit dan melawan si Praktisioner, bertarung dengan otak, mengangkat pena, berdiskusi dan berdebat, tentunya melalui jalan diplomatik, tidak ada kekerasan yang akan membekas di dalam hingga sampai suatu saat tiba aku terlepas dari cengkrama sang Praktisioner.


[1] Bahasa Azzien ciptaan Sang Praktisioner yang dari kalimat itu artinya kejayaanku adalah hidupku. Aku bisa.

[2] Bahasa Latin yang artinya ilmu adalah kekuatan.

Categories: Sang Praktisioner | Tag: | Tinggalkan komentar

Blog di WordPress.com.